Sabtu, 09 April 2011

8-10
8-10
2010-2011

Dilla_Nisa: Cinta Abadiku

Dilla_Nisa: Cinta Abadiku: "Malam ini, tanggal 2 Juni 2009, aku merenung menatap setangkai bunga mawar di kamarku. Mawar yang sangat indah. Mawar itu menyimpan sejuta k..."

Cinta Abadiku

Malam ini, tanggal 2 Juni 2009, aku merenung menatap setangkai bunga mawar di kamarku. Mawar yang sangat indah. Mawar itu menyimpan sejuta kenangan yang tak akan terulang kembali.


5 Februari 2009
Aku sedang berada di sebuah Cafe dekat bengkel motor langganan pacarku. Dia, pacarku, Ricky, sedang memperbaiki motornya. Katanya sih ada yang tidak beres, tapi menurutku tidak ada yang tidak beres. Yah, aku memang tidak mengerti akan masalah otomotif, jadi aku ikuti saja apa yang dia katakan.
Selama menunggu Ricky, aku hanya meminum capuccino yang aku pesan dan bercerita banyak hal dengan sahabatku, Sarah, melalui sms. Sebenarnya aku hanya bercerita tentang Ricky saja padanya. Begitu pula dengannya, dia pun hanya bercerita tentang Dimas, gebetannya. Aku tak pernah bosan mendengar/membaca semua tentang Dimas yang Sarah ceritakan padaku, dia pun demikian, tak pernah bosan dengan apa yang aku ceritakan tentang Ricky.
Sekitar 1 jam aku menunggu Ricky, akhirnya selesai juga. Saat diperjalanan pulang, Ricky berhenti disebuah toko bunga dan membeli setangkai mawar. Lalu dia berikan mawar tersebut padaku dan berkata
" mawar indah ini aku berikan untukmu agar pada saat kamu merindukanku dan ternyata aku tak ada untuk memberimu sebuah pelukan hangat, peluklah mawar ini, anggaplah kalau aku telah datang, dan jika kau butuhkan aku saat aku tidak ada, ingatlah akan mawar ini, karena mawar ini adalah sebagian dari diriku, satu lagi, jaga dan rawat mawar ini, jika mawar ini mati berarti sebagian diriku pun mati "
" baiklah, demi kamu, aku berjanji akan menjaga dan merawat mawar ini " jawabku.
Setelah berjanji padanya, kami pun pulang.


Sesampainya di rumahku, dia pamit pulang dengan mendaratkan kecupan dikeningku.
" good night my princess, have a nice dream " katanya
" thanks, good night " balasku
lalu dia menyalakan mesin motornya dan melaju kencang. Aku melihat punggungnya yang agak sedikit membungkuk saat dia mengendarai motornya. Semakin lama semakin jauh dan akhirnya tak terlihat.
Saat sampai di kamarku, aku menyimpan mawar tersebut di sebuah vas bunga berwarna hijau, lalu kusimpan diatas meja belajarku. Aku menatapnya dan tersenyum senang. Jam baru menunjukan pukul 7 malam, tetapi aku sudah mengantuk. Saat kuingin memejamkan mata, hatiku gelisah dan itu membuatku tak bisa tidur. Aku coba memejamkan mataku kembali, tapi tetap kegelisahanku membangunkanku. Aah, ternyata aku belum sholat Isa, pantas saja aku gelisah. Akhirnya aku menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu. Setelah sholat, aku berdoa untuk orang tua, saudara dan Ricky. Hatiku sedikit agak tenang sekarang, saat aku menatap jam, sudah pukul setengah 8 kurang. Baru saja aku memejamkan mata, hpku berbunyi. Saat aku menatap layar, tertulis nama " Robert "-dia adalah sahabat Ricky. Hah, ngapain Robert menelfonku malam begini ? batinku dalam hati. Tanpa berfikir lagi, aku mengangkatnya.
" ada apa Bet ? malem-malem ko nelfon ? " kataku
" Din gawat Din ! " katanya, suaranya sangat panik
" gawat kenapa ? " balasku dengan suara malas
" Ricky kecelakaan, dia di serempet mobil box lalu jatuh ke jurang ! kondisinya parah banget Din ! cepet kamu ke sini, sekarang aku dengan keluarganya lagi di rumah sakit Garuda, Ricky ada di UGD ! " katanya dengan suara yang makin panik
" APA ?! " aku menjatuhkan handphoneku lalu mengambil dompetku dan berlari keluar rumah, aku tak sempat pamit dengar orang tua ku. Dengan menggunakan taxi aku meluncur ke rumah sakit yang diberi taukan oleh Robert tadi.
Sesampainya di rumah sakit, aku berlari ke UGD. Saat sampai di UGD, aku meihat keluarga yang sangat kukenal sedang menangis. Aku menghapiri seorang wanita setengah baya yang sangat aku kenal, lalu aku memeluknya dan berkata
" tante, mana Ricky ? aku ingin melihatnya "
dia tidak membalas pertanyaanku, tetapi dia menunjuk ke arah sebuah ruangan yang sangat tertutup dan bertuliskan "Ruang Gawat Darurat"
Aku berlari ke arah pintu dan melihat seseorang terbaring lemah, penuh dengan darah dan tak berdaya. Aku meyakinkan diriku bahwa itu bukan Ricky, pacarku. Tapi apa daya diriku ini. Inilah takdir yang diberi Tuhan, aku tak bisa menghindarnya. Robert melihatku yang menangis dan lalu menghampiriku, dia menenangkanku dengan menepuk-nepuk punggungku. Tapi itu sia-sia, tangisku semakin keras, aku semakin histeris, aku tak sanggup melihat keadaan Ricky seperti ini, terbaring lemah di sebuah ruangan putih, seluruh badannya dipenuhi luka-luka yang mengerikan dan darah segar terus menyelimutinya. Lalu aku menatap Robert
" Bet, itu bukan Ricky kan ? kamu pasti bohong sama aku ! dia bukan Ricky ! dia bukan RICKY !!!!! " teriakku pada Robert
" tenang Din, tenang, kuatin diri kamu, ini udah takdir Tuhan, aku gak bohong sama kamu, itu Ricky, Din " jawabnya, terdengar isak tangisnya
aku tak mendengarkan kata-katanya dan terus berteriak
" Ky, bangun Ky ! Ricky ! " teriakku yang bercampur dengan tangisku
" tenang Dina, disini bukan kamu saja yang bersedih, kita semua juga merasakannya ! " ucap Robert
Dia benar, bukan aku saja yang terluka, tapi semua orang yang ada di sini. Orang tuanya, adik-adiknya, Robert. Tuhan, ini terlalu sulit, cobaan ini terlalu sulit untuk aku lewati. Aku tak bisa kehilangan orang yang aku cintai secepat ini ! Tuhan, selamatkanlah Ricky.........


4 jam berlalu dan akhirnya dokter keluar dari ruangannya. Seorang wanita berlari ke arah dokter dan bertanya
" dok, bagaimana dengan anak saya ? apa dia baik-baik saja " wanita itu menatap sang dokter dengan matanya yang bengkak akibat menangis
" mari ibu dan bapak ikut ke ruangan saya " ajak sang dokter
Aku masih duduk lemas di lantai bersama Robert, aku tak berani melihat Ricky, aku tak sanggup. Beberapa saat kemudian aku mendengar teriakan histeris dari ruang dokter, dan itu adalah wanita tadi, ibu Ricky. Aku mengerti sekarang, Tuhan berkata lain, Ia menginginkan Ricky kembali padaNya. Lalu wanita tersebut berlari memasuki UGD, dan memeluk anaknya yang tak berdaya dengan darah di sekujur tubuhnya. Aku berdiri jauh dari tubuh Ricky yang dingin bagaikan es. Karena tak sanggup menahan, aku pun berlari dan memeluknya
" Ricky ! ini aku, Dina ! kau harus buka matamu, Ky ! Ricky ! RICKY !! " teriakku histeris
saat suster akan membawa jenazah entah kemana, aku terus memeluk Ricky dan tidak melepasnya
" jangan bawa dia sus, dia pasti akan sadar ! Ricky ayo bangun, ini aku Dina, kau ingat kan ? " tangisku
" sudahlah Din, iklaskan saja ! dia sudah tiada ! " ucap Robert
aku melepaskannya dan melihat Ricky di bawa oleh suster ke sebuah ruangan diikuti oleh orang tuanya.
" Dina, lebih baik kamu pulang saja, besok kamu datang ke pemakaman Ricky, Robert, bisa kan kamu mengantarnya pulang ? " ucap seorang lelaki setengah baya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
" baik om, ayo Dina, kita pulang " ajak Robert
aku hanya mengangguk lemas


Esoknya di pemakaman, aku tak bisa menahan tangis. Ricky, kekasihku, orang yang aku cintai, telah tiada. Dia pergi ke tempat yang sangat jauh dan tak akan kembali lagi,
Setelah semua orang pergi, aku tetap tinggal disana. Sebelum aku pergi, aku menyimpan serangkai bunga mawar yang aku beli di toko bunga yang sama. Toko bunga yang pernah di kunjungi Ricky untuk membeli setangkai bunga mawar yang ia berikan padaku.


Walaupun sudah 4 bulan berlalu, aku tetap tak bisa melupakannya. Sejak peristiwa tersebut, aku mempelajari otomotif yang di senangi Ricky, dan mawar yang pernah ia berikan padaku, aku jaga dan aku rawat, dan sampai sekarang mawar itu tetap hidup. Ya, karena Ricky selalu hidup di dalam hatiku dan di dalam mawar tersebut..


Ricky, kaulah Cinta Abadiku